Sepi tiba-tiba ingin menemanimu
sore itu
sehabis mendung, ia bersadar di
kursi ruang tamu. Mendengarkan mu.
Membaca buku puisi yang
kau letakan sembarangan
diantara surat-surat, detik jam, dan
rindu yang selalu menuntut
perhatian mu itu.
Ia juga seringkali
memanggil-manggil namamu
ketika kau tiba-tiba merasa terasing
di kota yang tak pernah
berhenti bertanya:
tentang rencana-rencana masa depan.
Tentang bunga rumput dan cahaya pagi
yang menyilaukan.
Sungguh ia ingin sekali agar kau
menyapanya diantara motor-motor itu.
di antara orang-orang yang di dalam bus itu.
di antara bibir merah itu.
Diantara kesepian-kesepian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar